Selasa, 03 Maret 2009

Fatimah Azzahra As

Di antara anak wanita Rasulullah saww,
Fathimah Az-Zahra a.s, merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya
itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci
sebagaiman yang diucapkan oleh Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fartimah a.s,
aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku, untuk menolong. Namun
mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati
mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa
ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran
cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam
kecemasan salah seorang dri mereka menyapaku: ‘Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah,
ibunda Ishhaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah,
Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah
oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil
mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan
pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah a.s lahir."
Menginjak usia 5
tahun, beliau telah ditinggal pergi ibunya. Sehingga otomatis beliau mengantikan
posisi ibunya dalm melayani, membantu dan memebela Rasulullah saww, sehingga
beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalm usia yang masih
kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam uji coba. Beliau
melihat dan meyaksikan perlakuakn keji kaum kafir Qurays kepada ayahandanya,
sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata kearena melihat
penderitaan yang dialalmi ayahnya.
Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah
beliau ikut berhijrah bersama ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah
tepatnya pada tanggal 1 dzulhijjah, hari jum’at, tahun 2 Hijrah, beliau menikah
dengan Ali bin Abi Thalib.
Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah
SWT, beliau dikaruniai dua orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri,
Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik
dan pemurah hati.
Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti
pada ayahnya, tapi sekaligus sebagai seorang istri yang setia mendampingi
suaminya disegala keadaan serta sebagai pendididk terbaik telah berhasil
mendidik anak-anaknya.
Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup
bersama Rasulullah saww. Beliau mempunyai tempat agung disisi Rasulullah
sehingga digambarkan di kitab Thabari Hal 40, Siti Aisah berkata: " Aku tidak
melihat orang yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah saww seperti Fathimah
as. Apabila datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut
gembira dan menggandengnya lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila
Rasulullah datang kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium
tangan beliau saww".
Tidak heran, jika setelah kepergian baginda Rasulullah,
beliau sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang
waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah
semata-mata kehilangan Rasulullah saww tapi juga beliau melihat kelakukan umat
sesudahnnya yang sudah banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana
penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.
Sejarah
mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra a.s setelah kepergian Rasulullah saww
tidak penah terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara
beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan tentang tanah
Fadak dan tentang masalah lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah a.s tanah itu
adalah hadiah dari ayahnya untuk dirinya, namun khalifah berkata: "Bahwa nabi
tidak meninggalkan sesuatau dari keluarganya, sedangkan warisan nabi berubah
statusnya menjadi sedekah yang digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin".
M.H. Shakir berbependapat: "Wafat Rasulullah saww sangat mempengaruhinya, ia
sangat sedih, berduka dan tangis hatinya memekik sepanjang masa. Sayang sekali,
setelah wafat nabi, pemerintah mengambil alih tanah fadak dan menyerahkannya
sebagai milik negara".
Kehidupan Fathimah az-Zahra a.s, wanita agung
sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan,
pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan
yang ramah dan lembut.
Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah
kepergian ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijriyah wanita suci,
wanita agung dan mulia sepanjang massa, menutup mata dalam usia yag relatif muda
yaitu 18 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada
Imam ali as yang isinya:
1. Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus
melaksanakan upacara pemakamanku.
2. Mereka yang tidak membuat aku
rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
3. Jenazahku harus dibawa ke
tempat pemakaman pada malam hari.
Fathimah Az-Zahra ," Putri bungsu
Rasulullah saww, telah tiada. Tidak ada ungkapan yang mampu mengambrakan
keagungan Fathimah Az-Zahra yang sebenarnya. DR. Ali Syariati memberikan
komentar tentang Fathimah: " Saya akan bangga dan hendak mengatakan , "Fathimah
a.s adalah putri Khadijah yang besar". Saya rasa itu bukan Fathimah a.s. Saya
hendak mengatakan," Fathimah a.s adalah putri Rasulullah saww. Saya rasa itu
bukan juga Fathimah. Saya hendak mengatakan, "Fathimah a.s adalah istri Ali.
Saya rasa itu juga bukan Fathimah A.s. Saya hendak mengatakan Fathimah a.s
adalah ibunda Zainab. Saya masih merasa itu bukan Fathimah a.s. Tidak, semua itu
benar tetapi tak satupun yang menggambarkan Fathimah a.s yang sesungguhnya.
"Fathimah a.s adalah Fathimah a.s."

Tidak ada komentar:

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template